Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke syorga. (HR. Muslim)

Tuesday, October 29, 2013

Ma... Sekarang Aku Ingin Berhijab (Sebuah Kisah Nyata)


  
Seorang pemuda menceritakan:

Ini adalah sebuah cerita tentang adikku Nur Annisa, seorang gadis tomboy yang baru beranjak dewasa dan agak susah diatur. Pada saat umurnya menginjak 17 tahun, perkembangan dan tingkah lakunya mulai mengkhawatirkan ibuku, banyak teman laki-lakinya yang datang kerumah. Sehingga ibuku memanggil seorang guru ngaji dengan harapan adikku bisa berubah menjadi wanita yang lebih baik.

Ibu juga menyuruh adikku agar mengenakan jilbab, namun Ani selalu menolak sehingga timbul pertengkaran-pertengkaran kecil diantara keduanya. Pernah suatu ketika adikku berkata dengan suara yang agak keras, “Mama coba lihat deh, tetangga kita anaknya pakai jilbab, tapi kelakuannya nggak
beda jauh sama kita. bahkan teman-teman Ani disekolah yang pake jilbab sering dibawa om om, sering jalan jalan keluar. Ani masih mending, walaupun gini-gini Ani nggak pernah seperti mereka”. Bila sudah seperti itu ibuku hanya mengelus dada, dan kadangkala di akhir malam sering kulihat ibuku menangis, lirih terdengar doanya,“Ya Allah, kenalkanlah Ani anakku dengan syari’at-Mu ya Rabb“.

Pada suatu hari, didekat rumahku kedatangan tetangga baru. Mereka adalah sepasang suami isteri yang memiliki enam orang anak yang imut dan lucu. Aku sering bertemu dengan bapak enam orang anak itu di Masjid untuk sholat berjamaah. Meskipun begitu aku belum tahu siapa nama aslinya.


Setelah beberapa lama mereka pindah disini, mulai terdengar desas-desus tentang istri dari bapak tersebut yang tidak pernah keluar dari rumahnya, hingga ia (si istri) dijuluki dengan ‘si buta, bisu dan tuli’. Berita ini terdengar pula oleh Adikku, lalu ia bertanya padaku, “Kak, benar gak sih kalau tetangga baru kita itu istrinya buta, bisu dan tuli? “. Aku lantas menjawab “Hus.... kalau kamu benar-benar ingin tahu, langsung saja datang ke rumahnya”.

Ternyata, tanpa kuduga, ia benar-benar pergi menuju rumah tersebut. Sekembalinya dari rumah tetanggaku itu , terjadi perubahan yang sangat drastis pada raut wajahnya, wajah yang biasanya cerah dan selalu ceria itu, tiba-tiba saja berubah mejadi wajah yang pucat pasai, entah apa yang terjadi padanya.

Dua hari berlalu setelah kejadian itu, aku begitu terkejut ketika Ani meminta pada Ibuku untuk dibuatkan Jilbab. Bukan jilbab biasa, tetapi jilbab yang panjang dan lebar. Tidak sampai disitu, ia juga meminta untuk dibuatkan rok panjang, tidak ketinggalan juga baju berlengan panjang.
Hari itu, Aku benar-benar bingung dibuatnya dan bercampur rasa syukurku pada Allah subhanahu wa ta’ala karena dengan karunianya aku bisa melihat perubahan yang ajaib pada Adikku. Iya... ajaib karena dia sekarang telah berubah total..

Sekarang, sedikit demi sedikit teman-teman lelakinya yang biasa datang kerumah mulai tidak terlihat lagi. Begitu juga, teman-teman perempuannya yang sering datang mengobrol tidak karuan kini mulai berkurang. Dan kulihat Ani lebih sering merenung, dan banyak membaca majalah-majalah islam yang baru dibelinya.

Sesuatu yang menakjubkan ketika kulihat ibadahnya pun telah melebihi Aku… tak ketinggalan tahajudnya, bacaan Qur’annya, sholat sunnahnya… Dan yang lebih menakjubkan lagi…. ketika temanku datang ke rumah, dia selalu berusaha untuk menundukkan pandangannya…

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah menunjukkan Hidayah kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya..

Tidak beberapa lama aku dapat panggilan kerja di luar daerah, tepatnya di salah satu perusahaan asing. Dua bulan sudah aku bekerja di sana, tiba-tiba aku dapat kabar dari rumah bahwa adikku sedang sakit keras hingga ibuku memanggilku untuk pulang ke rumah.

Di perjalanan, tak henti-hentinya aku berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar memberi kesembuhan pada Adikku tercinta, namun manusia hanya bisa berusaha.

Ketika aku tiba di rumah, di depan pintu sudah terlihat banyak orang, tak dapat kutahan lagi, aku langsung saja berlari masuk kedalam rumah, kulihat ibuku menangis, aku langsung menghampiri dan memeluknya, sambil terisak-isak ibuku berkata,
“Adikkmu bisa mengucapkan dua kalimat Syahadah diakhir hidupnya “..

Tak dapat kutahan air mata ini… Begitu sulit untuk menggambarkan kesedihan di waktu itu...
Di sela-sela kesedihanku, setelah acara penguburan selesai, aku menyempatkan diri untuk masuk ke kamar adikku, pandanganku langsung tertuju pada sebuah Diary diatas mejanya. Diary yang selalu ia isi dengan tulisan, dan tempat ia menghabiskan waktunya sebelum beranjak tidur.

Kemudian kubuka lembaran demi lembaran… hingga aku sampai pada satu halaman, halaman yang menguak misteri dan pertanyaan yang selalu timbul di hatiku.. Perubahan yang terjadi ketika adikku pulang dari rumah tetangga baruku itu…

Kulihat lembaran itu, hampir dipenuhi oleh bekas-bekas tetesan air mata.
Disitu adikku menulis percakapan antara ia dan istri tetanggaku itu, isinya seperti ini,

“Annisa : (Aku berguman dalam hati, “wajah wanita ini cerah dan bersinar layaknya bidadari”) Ibu, wajah ibu masih terlihat sangat muda dan cantik.

Istri tetanggaku : Alhamdulillah, sesungguhnya kecantikan yang sebenarnya itu datang dari lubuk hati.

Annisa : Ibu kan sudah punya enam orang anak, tapi masih kelihatan cantik ya.

Istri tetanggaku : Subhanallah, sesungguhnya keindahan itu milik Allah subhanahu wa ta’ala dan bila Allah subhanahu wa ta’ala berkehendak, siapakah yang bisa menolaknya.

Annisa : Ibu, selama ini ibuku selalu mendesakku untuk memakai jilbab, tapi aku selalu menolak karena aku pikir, bukan masalah jika aku nggak pakai jilbab asalkan aku tidak melakukan hal-hal tidak benar. Dan kulihat banyak wanita yang memakai jilbab namun kelakuannya lebih parah dari kami yang tidak memakai jilbab, jadinya aku nggak pernah mau pakai jilbab, menurut ibu bagaimana?

Istri tetanggaku : Annisa... Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala telah menjadikan seluruh tubuh wanita itu perhiasan, dari ujung rambut hingga ujung kaki, segala sesuatu dari tubuh kita yang terlihat oleh seseorang yang bukan mahrom kita semuanya akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah subhanahu wa ta’ala diakhirat nanti, jilbab adalah hijab untuk wanita.

Annisa : Tapi kenapa yang kulihat banyak wanita yang memakai jilbab namun kelakuannya sangat buruk, nggak karuan.

Istri Tetanggaku : Jilbab hanyalah sehelai kain, namun hakekat atau arti dari jilbab itu sendiri yang harus kita pahami.

Annisa : kalau begitu apa hakekatnya?

Istri Tetanggaku : Jilbab adalah hijab lahir dan batin. Hijab mata kamu dari memandang lelaki yang bukan mahrammu. Hijab lidahmu dari ghibah dan kesia-siaan, Hijab telingamu dari mendengar perkara yang mengundang mudharat. Hijab hidungmu dari mencium cium segala yang berbau busuk. Hijab kedua tangan kamu dari berbuat yang diharamkan. Hijab kaki kamu dari melangkah menuju maksiat.

Hijab pikiran kamu dari khayalan yang mengundang syaiton untuk memperdayai nafsu. Hijab hatimu dari sesuatu selain Allah subhanahu wa ta’ala, bila kamu sudah bisa melaksanakannya maka jilbab yang kamu pakai akan menyinari hatimu, itulah hakekat jilbab.

Annisa : Bu...  sekarang jelas bagiku apa sebenarnya jilbab itu, mudah-mudahan aku bisa memakai jilbab, tapi bagaimana aku bisa melaksanakan semua itu?

Istri tetanggaku : Anisa... jika kamu telah memakai jilbab, maka itu adalah Karunia dan Rahmat dari Allah subhanahu wa ta’ala yang Maha Pemberi Rahmat dan yang Maha Penyayang, bila kamu mensyukuri rahmat itu, kamu akan diberi kekuatan untuk melaksanakannya hingga akhirnya mencapai kesempurnaan yang diinginkan Allah subhanahu wa ta’ala.

Duhai Anisa, ingatlah suatu hari dimana seluruh manusia akan dibangkitkan dari kubur-kuburnya. Ketika ditiupkan sangkakala untuk yang kedua kalinya. Pada saat ruh-ruh manusia seperti anai-anai yang bertebaran dan mereka dikumpulkan dalam satu padang yang tiada batas, yang tanahnya terbuat dari logam yang panas, tidak ada rerumputan maupun tumbuhan.

Ketika tujuh matahari didekatkan di atas kepala kita namun keadaan gelap gulita. Ketika seluruh Nabi ketakutan. Ketika seorang ibu tidak lagi memperdulikan anaknya, dan seorang anak tidak memperdulikan ibunya, ketika sanak saudara tidak kenal satu sama lainnya, atau bahkan saling bermusuhan, hari ketika satu kebaikan lebih berharga dari segala sesuatu yang ada di alam ini.

Ketika manusia berbaris dengan barisan yang panjang dan masing-masing hanya memperdulikan nasib dirinya, dan pada saat itu ada yang berkeringat karena rasa takut yang luar biasa hingga menenggelamkan dirinya, dan keadaan manusia bermacam-macam tergantung dari amalannya, ada yang melihat ketika hidupnya namun buta ketika dibangkitkan, ada yang berparas seperti hewan, ada yang berbentuk seperti syaiton, semuanya menangis, menangis karena hari itu Allah subhanahu wa ta’ala murka, belum pernah Allah subhanahu wa ta’ala lebih murka sebelum dan sesudah hari itu, hingga ribuan tahun manusia didiamkan Allah subhanahu wa ta’ala dipadang mahsyar yang panas membara hingga Timbangan Mizan digelar, itulah Yaumul Hisab.

Duhai Annisa, bila kita tidak berusaha untuk beramal dihari ini, maka dengan apa kita akan menjawab pertanyaan ketika di sidang oleh Yang Maha Perkasa, Yang Maha Besar, Yang Maha Kuat, Yang Maha Agung, Allah subhanhu wa ta’ala. Di Yaumul Hisab nanti! Di Hari Perhitungan nanti!!”


Tulisan Anisa terhenti sampai disini, terhenti karena banyaknya tetesan airmata yang jatuh dari pelupuk matanya. Masya Allah, ketika kubuka lembaran berikutnya dan kulihat sebuah tulisan, tulisan kecil di bawah kertas,

“Buta, tuli dan bisu, wanita yang tidak pernah melihat lelaki selain mahromnya, wanita yang tidak pernah mau mendengar perkara yang dapat mengundang murka Allah subhanahu wa ta’ala, wanita yang tidak pernah mengghibah, segala sesuatu yang mengundang dosa dan perkataan sia-sia. Tak tahan airmata ini pun jatuh membasahi  Diary”.

Itulah yang dapat ku baca dari Diarynya, semoga Allah subhanhu wa ta’ala merahmati Adikku disisinya, Amin....


(dengan gaya bahasa yang berbeda dari artikel aslinya)
Diambil dari group facebook : Ukhti !! selamatkan dirimu wahai saudariku !!! dari Syiah !!!

Saudaraku, orang yang bijak adalah orang yang bisa mengambil pelajaran dari orang lain, sebelum ia menjadi pelajaran bagi orang lain.

Semoga Allah subhanahu wa ta’ala selalu melimpahkan rahmatnya pada penulis dan orang-orang yang membaca tulisan ini


oleh Maqbul Al-Bimawy

No comments:

Post a Comment